Bisa karena mau berusaha, modal itu yang menjadikan Muhammad Fatori yang kerap disapa dengan panggilan bang Tori, pria sederhana kelahiran Banyumas 15 april 1972 ini adalah mantan koki sebuah hotel berbintang yang mencoba menggunakan basic (keahlian dasar) memasak yang ia miliki untuk memenuhi tuntutan ekonomi yang semakin menjadi. Meskipun ia hanya lulusan SMA, namun semangat pantang menyerahnya tetap ia pegang yang membuat dirinya dapat bertahan sampai sekarang untuk menjalani usaha ini.
Merangkak dari kaki lima, dengam jerih payah yang keras kini ia pun memiliki tempat usaha untuk melanjutkan bisnisnya. Javan Steak and Pasta, sebuah warung steak yang menyajikan berbagai macam steak dan pasta adalah bentuk usaha yang ia jalani selama hampir tujuh tahun terakhir ini. Ia memberi nama Javan pada tempat usahanya itu dengan tujuan untuk menegaskan meskipun ia menyajikan masakan Eropa tapi darah Jawa nya tetap mengalir. Kini nama Javan itu melekat pula pada anaknya Javan K Giricakti.
Bisa karena mau berusaha, modal itu yang menjadikan Muhammad Fatori yang kerap disapa dengan panggilan bang Tori, pria sederhana kelahiran Banyumas 15 april 1972 ini adalah mantan koki sebuah hotel berbintang yang mencoba menggunakan basic (keahlian dasar) memasak yang ia miliki untuk memenuhi tuntutan ekonomi yang semakin menjadi. Meskipun ia hanya lulusan SMA, namun semangat pantang menyerahnya tetap ia pegang yang membuat dirinya dapat bertahan sampai sekarang untuk menjalani usaha ini.
Merangkak dari kaki lima, dengam jerih payah yang keras kini ia pun memiliki tempat usaha untuk melanjutkan bisnisnya. Javan Steak and Pasta, sebuah warung steak yang menyajikan berbagai macam steak dan pasta adalah bentuk usaha yang ia jalani selama hampir tujuh tahun terakhir ini. Ia memberi nama Javan pada tempat usahanya itu dengan tujuan untuk menegaskan meskipun ia menyajikan masakan Eropa tapi darah Jawa nya tetap mengalir.
Kini nama Javan itu melekat pula pada anaknya Javan K Giricakti.
Javan steak dan pasta berdiri pada tahun 2000, alasan utama mendirikan warung steak ini adalah factor ekonomi, Fatori harus mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai pendatang di Bandung. Kebetulan ia mempunyai keahlian di tata boga khususnya memasak steak. Ketika ditanya apakah membuka warung steak merupakan sebuah cita-cita? Satori menjawab “lebih tepatnya dibilang suatu kebetulan, karena dengan keahlian yang saya miliki saya harus bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saya, dengan cara membuka warung steak ini”, ujarnya.
Awal mulanya ia bekerja di sebuah hotel berbintang di Cianjur. Ketika terjadi pengurangan tenaga kerja di tempatnya ia harus keluar bekerja dari hotel tempat ia bekerja. Lalu ia memilih untuk mencari nafkah dengan pindah ke Bandung, disinilah ia memberanikan diri untuk terjun di usaha kuliner ini.
Berawal dari sebuah tenda makanan di depan Kimia Farma di Sulanjana Bandung, sekarang ia mempunyai tempat sendiri di Jalan Sulanjana No. 9 Bandung. Kegigihan dan kepercayaan diri dia yang membawa kesuksesan sehingga menjadikan ia dari seorang yang terkena PHK menjadi seseorang yang mempunyai warung steak sendiri. kalau kita yakin tidak ada hal yang tidak bisa kita lakukan, kalau kita percaya pada kemampuan diri kita sendiri semuanya bisa terjadi, seperti kisah Fatori yang akhirnya mempunyai usaha sendiri. bravo bang Fatori!
5 komentar:
kurang memotivasi!!!
hehehhe..
wah ternyata di Bandung juga ada orang yang seperti itu. waktu itu saya menjumpai orang yang serupa di "PAMULANG". Semangat untuk orang2 yg seperti itu
ga nyangka tmpat mkn favorit gw nyimpen kisah perjuangan kaya gitu..
salut deh..
ih,trnyata gitu ya kisahnya Javan steak..
jd pgen ksana lg..
hari gini ga punya usaha sendiri?? = ga sukses !!!
-anggi-
Posting Komentar